Ketika akal sehat lagi sakit
Seberapa banyak saudara kita yang mengalami gangguan akal.
Ada yang dapat perhatian dari keluarga atau lingkungan dan dibawa ke rumah
sakit. Tapi ada juga yang sangat memilukan karena tidak mendapat perhatian sama
sekali dan malah ada yang dipasung seperti yang diberitakan oleh media massa
belakang ini.
Barangkali keadaan saudara kita tersebut masih bisa diterima
banyak orang tanpa kita harus mempermasalahkan penyebab dari apa yang
menyebabkan saudara kita mengalami hal tersebut.
Belakangan ini,ada fenomena baru pada saudara kita yang
lain. Ketidak warasan. Hal
remeh jadi besar, yang gak perlu jadi penting, segelintir orang yang merasa cuma dia yang
bisa mengelola dan memikirkan bangsa yang besar ini. Cuma dia yang bisa membuat
bangsa yang besar ini menjadi lebih besar. Angkuh dan sombong dipertontonkan kepada
anak bangsa ini; bukan satu contoh yang baik. Apakah dia pernah berfikir bagaimana
akal sehat anaknya di rumah memahami apa yang orangtua mereka lakukan dengan semua
ini. Dan metode atau alasan apa yang akan dia berikan jika anaknya mempertanyakannya.
Apakah ketidakwarasannya yang keluar atau kewarasannya yang muncul ketika dia
berhadapan dengan darah dagingnya sendiri. Atau hanya malah lebih tidak terfikirkan lagi;
ketidakwarasan yang telah dicapur dan diramu dengan nafsu syeitan. Dan hal anehnya ini berlaku bagi semua kalangan termasuk
kaum intelektual yang sebenarnya di harapkan bisa menjadi contoh bagi semua
orang. Tapi itulah kenyataannya yang berlaku di lingkungan kita.
Sepertinya kita sudah lupa kalau semua ini hanyalah untuk
sementara waktu saja. Tapi segala usaha dan cara dilakukan untuk mendapatkannya
meskipun harus kehilangan akal sehat dan berpegang pada ketidakwarasan. Lupa
kalau sebentar lagi; bisa hitungan detik, menit, jam, hari atau apalah ukuran
yang pantas untuk menyatakannya, kalau kita akan dibungkus kain putih dalam
keadaan kaku tak berdaya sehingga daya upaya yang tidak waras yang biasa kita
lakukan tidak akan membantu apapun lagi. Tidak bisa kita menipu lagi, berkilah
lagi, bersilat lidah lagi, mencari dukungan lagi, menjadi bunglon lagi,
berkamuflase lagi, atau memperagakan ketidakwarasan lagi. Habislah sudah
masanya, berakhirlah sudah waktunya dan waktunya kita memanen hasil
ketidakwarasan yang telah kita lakonkan dengan sangat-sangat baik selama ini.
Sudah terfikirkankah akan masa dimana kita bertemu dengan masa itu.
0 komentar:
Posting Komentar